
POLA PIKIR BERTUMBUH (GROWTH MINDSET)
A. Konsep Dasar Pola Pikir (Mindset)
Pola pikir (mindset) merupakan fondasi utama yang menentukan tindakan dan hasil yang diperoleh seseorang, sesuai dengan ungkapan Mindset is Everything. Dalam kerangka Mindset, Skillset, Toolset (MST), pola pikir didefinisikan sebagai cara seseorang melihat dan berpikir terhadap suatu peristiwa (how to see and how to think), yang memperluas sudut pandang. Skillset adalah pengetahuan dan pengalaman untuk memperdalam pembelajaran, sedangkan toolset adalah metode dan alat untuk menganalisis masalah secara tajam. Pola pikir menjadi dasar bagi skillset dan toolset, sehingga tanpa pola pikir yang tepat, keduanya tidak akan efektif. Oleh karena itu, Mindset Over Skillset menjadi prinsip penting.
B. Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
Dikembangkan oleh Prof. Carol S. Dweck dari Universitas Stanford, Growth Mindset (PPB) berfokus pada keyakinan bahwa kecerdasan dan kemampuan dapat dikembangkan melalui belajar dan usaha. Berbeda dengan Fixed Mindset (PPT), yang memandang kecerdasan dan ketrampilan sebagai sesuatu yang tetap, PPB mendorong individu untuk melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang. Perbedaan utama antara PPT dan PPB dalam lima area kunci adalah:
Area Kunci |
PPT |
PPB |
---|---|---|
Tantangan |
Menghindari tantangan agar tetap terlihat cerdas |
Menerima tantangan sebagai sarana belajar |
Hambatan |
Menyerah dengan cepat |
Bertahan dan mencari solusi |
Usaha |
Menganggap usaha tidak diperlukan bagi orang cerdas |
Menganggap usaha keras sebagai kunci sukses |
Kritik |
Memandang kritik sebagai serangan pribadi |
Menganggap kritik sebagai masukan untuk perbaikan |
Sukses Orang Lain |
Merasa terancam oleh kesuksesan orang lain |
Terinspirasi oleh kesuksesan orang lain |
Penelitian PISA 2018 oleh OECD menunjukkan korelasi positif antara PPB dan prestasi akademik. Negara dengan jumlah murid PPB tinggi memiliki nilai akademik lebih baik. Namun, Indonesia termasuk di antara enam negara dengan tingkat PPB rendah (<40%), dengan dua dari tiga murid cenderung memiliki PPT.
1. Perubahan dari PPT ke PPB
Guru memiliki peran sebagai activator, collaborator, dan builder learning culture untuk mendorong murid beralih dari PPT ke PPB melalui empat langkah:
-
Dorong murid untuk mencoba lagi saat menghadapi tantangan.
-
Berikan pujian proses atas usaha mereka.
-
Jelaskan perbedaan PPT dan PPB, terutama dalam menghadapi tantangan.
-
Tekankan bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
Perbandingan suara PPT dan suara PPB:
Suara PPT |
Suara PPB |
---|---|
Kegagalan berarti ketidakmampuan |
Kegagalan berarti perlu mencoba lagi |
Menolak tugas baru karena risiko gagal besar |
Menerima tugas baru sebagai peluang belajar |
Kesalahan menunjukkan kelemahan |
Kesalahan adalah proses belajar |
Hanya bagus di bidang tertentu |
Bisa belajar apa saja yang diinginkan |
Kecerdasan menentukan sukses |
Belajar dan usaha menentukan sukses |
2. Intervensi Pola Pikir (IPP)
IPP, yang dikembangkan oleh The Project for Education Research That Scales (PERTS) Universitas Stanford, bertujuan meningkatkan prestasi akademik dengan membantu murid memahami bahwa tantangan adalah bagian dari proses belajar, bukan indikasi kegagalan. Langkah-langkah IPP:
-
Dorong murid untuk mencoba lagi saat ingin menyerah.
-
Berikan pujian proses atas usaha mereka.
-
Jelaskan perbedaan PPT dan PPB.
-
Tekankan bahwa kesalahan membantu otak berkembang.
Hasil penelitian menunjukkan murid yang menerima IPP memiliki prestasi lebih tinggi. PERTS juga mengembangkan Mindset Kit (www.mindset.org) berisi RPP, kegiatan, dan video untuk membantu guru mengajarkan PPB di kelas.
3. Membangun Komunitas Belajar
Komunitas belajar yang mendukung PPB dibangun melalui hubungan positif antara guru-murid, guru-orangtua, dan guru-guru, dengan lima dimensi:
-
Murid merasa guru percaya pada kemampuan mereka.
-
Murid menghormati dan menyukai guru.
-
Murid terbuka menerima masukan dari guru.
-
Murid sadar perkembangan diri lebih penting daripada nilai.
-
Murid merasa aman dengan guru.
Guru dengan PPB menerapkan Aturan Emas: memperlakukan murid seperti mereka ingin diperlakukan, termasuk mengakui kesalahan. Hubungan dengan orangtua juga penting, terutama di jenjang TK dan SD, dengan memanfaatkan media sosial untuk komunikasi aktif.
4. Pujian Pribadi vs. Pujian Proses
Penelitian Dweck pada 400 murid SD menunjukkan bahwa pujian pribadi ("Kamu pasti pintar") mendorong PPT, sedangkan pujian proses ("Kamu pasti sudah bekerja keras") mendorong PPB. Murid yang menerima pujian proses lebih memilih tantangan sulit (>90%) dibandingkan murid yang menerima pujian pribadi.
Pujian Pribadi |
Pujian Proses |
---|---|
Kamu berbakat dalam Matematika |
Kamu butuh materi yang menantang otakmu |
Kamu pintar sekali |
Kamu menggunakan strategi yang重建 |
Kamu anak yang baik |
Kamu telah memperlihatkan hasil latihan melukis |
Kamu seorang seniman luar biasa |
Kamu mampu memilih kata-kata yang sangat baik |
5. Kesalahan yang Produktif (Productive Failure)
Prof. Manu Kapur meneliti Productive Failure (PF), yang menunjukkan bahwa murid yang berjuang mencari solusi tanpa instruksi eksplisit lebih banyak menghasilkan ide dan strategi, meskipun awalnya gagal. PF mendorong pemahaman yang lebih mendalam melalui eksplorasi dan kolaborasi.
6. The Power of YET (PoY)
Konsep PoY menggantikan kata "tidak" dengan "belum" untuk mengubah kegagalan menjadi peluang belajar. Contoh: "Saya tidak bisa" menjadi "Saya belum bisa." PoY mendorong PPB, sedangkan The Tyranny of NOW (ToN) memperkuat PPT dengan menekankan hasil instan tanpa ruang untuk perbaikan.
7. Target Performa vs. Target Pembelajaran
Prof. Carol Ames mengembangkan sistem TARGET untuk membedakan kelas berorientasi performa dan pembelajaran:
Dimensi |
Target Performa |
Target Pembelajaran |
---|---|---|
Task |
Tugas mudah, hafalan |
Tugas bervariasi, menantang |
Authority |
Guru memberikan petunjuk jelas |
Murid mencari cara sendiri |
Recognition |
Penghargaan atas pengumpulan tugas |
Penghargaan atas usaha dan strategi |
Grouping |
Berdasarkan kemampuan, kompetitif |
Berdasarkan cara belajar, kolaboratif |
Evaluation |
Umum, fokus pada hasil akhir |
Individual, fokus pada kemajuan |
Time |
Batas waktu ketat |
Fleksibel, penguasaan materi lebih penting |
Kelas berorientasi pembelajaran mendorong PPB dengan memberikan ruang untuk perbaikan diri, sedangkan kelas berorientasi performa mendorong PPT.
8. Pembelajaran Berbasis Otak (Brain-Based Learning)
PPB selaras dengan prinsip plastisitas otak, di mana kesalahan memicu aktivitas otak yang memperkuat jalur neuron. Prof. Jo Boaler menegaskan bahwa pelajaran seperti Matematika harus berorientasi pada pembelajaran dengan soal terbuka untuk mendukung PPB dan deeper learning.
9. Peta Pikiran (Mind Map)
Peta Pikiran, diciptakan oleh Tony Buzan, meniru cara kerja otak untuk mengorganisir informasi secara hierarkis dan konstruktivistik. Komponennya meliputi:
-
Central Idea (CI): Ide pokok (misalnya, topik pembelajaran).
-
Basic Ordering Ideas (BOI): Cabang utama (sub-tema atau 5W1H).
-
Category & Hierarchy (C/H): Detail informasi dalam kategori.
-
Korelasi: Hubungan antar-kategori dengan garis putus-putus.
-
Warna dan Ikon: Meningkatkan daya ingat dan kreativitas.
Aplikasi Peta Pikiran:
-
Note Taking: Merangkum informasi eksternal ke dalam Peta Pikiran.
-
Note Making: Mengorganisir ide sendiri untuk karangan atau laporan.
C. Peran PPB dalam Pembelajaran Mendalam
PPB berperan besar dalam Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam (PM) yang terdiri dari Kerangka Pembelajaran, Pengalaman Belajar, Prinsip Pembelajaran, dan Dimensi Profil Lulusan.
1. Kerangka Pembelajaran
-
Praktik Pedagogik: PPB mendukung pembelajaran berbasis masalah, proyek kolaboratif, dan eksplorasi ide melalui Productive Failure, The Power of YET, dan Peta Pikiran.
-
Lingkungan Pembelajaran: PPB menciptakan budaya belajar yang kondusif, memotivasi eksplorasi dan kolaborasi.
-
Kemitraan Pembelajaran: PPB membangun kepercayaan antara guru, murid, dan orangtua untuk mendukung perkembangan murid.
-
Pemanfaatan Digital: PPB selaras dengan Digital Mindset, yang memandang teknologi sebagai mitra kolaborasi, bukan pengganti manusia.
2. Pengalaman Belajar (3M)
-
Memahami: PPB membantu murid melihat kendala sebagai tanda proses belajar, bukan kelemahan.
-
Mengaplikasi: PPB mendorong kreativitas dan penalaran kritis untuk solusi inovatif.
-
Merefleksi: PPB memotivasi murid untuk mengevaluasi kemajuan, mengatasi tantangan, dan terus berkembang.
3. Prinsip Pembelajaran (BBM)
-
Berkesadaran: PPB mendorong kesadaran bahwa belajar melibatkan tantangan dan kesalahan sebagai bagian dari proses.
-
Bermakna: PPB mendukung pembelajaran sepanjang hayat dengan memandang kendala sebagai peluang.
-
Menggembirakan: PPB menciptakan suasana belajar yang positif, menantang, dan menyenangkan.
4. Dimensi Profil Lulusan (8D)
PPB mendukung Ketrampilan Abad ke-21:
-
Kreativitas: Mendorong ide-ide baru dan solusi inovatif.
-
Penalaran Kritis: Membantu analisis mendalam dalam situasi menantang.
-
Komunikasi: Memperkuat interaksi dan penyampaian ide.
-
Kolaborasi: Mendorong kerja sama untuk tujuan bersama.
-
Kemandirian: Memberikan keyakinan untuk menghadapi tantangan secara mandiri.
D. Peran PPB untuk Kreativitas
Kreativitas, salah satu elemen MIC (Mastery, Identity, Creativity), membutuhkan PPB untuk menghasilkan ide-ide baru di tengah ketidakpastian. Siklus Iterasi-Kreativitas-Inovasi (I-K-I) menunjukkan kreativitas sebagai jembatan menuju inovasi. PPB membantu mengatasi Fear Zone dalam The 4 Zones of Life (Comfort, Fear, Learning, Growth) untuk mencapai Growth Zone.
Metode CREATE (John Langrehr) untuk berpikir kreatif:
-
Combine, Reverse, Eliminate, Alternative, Twist, Elaborate.
Cara mengembangkan kreativitas melalui PPB (Bernhard Schroeder):
-
Menerima ketidaksempurnaan.
-
Melihat tantangan sebagai peluang.
-
Mencoba strategi baru saat gagal.
-
Mengganti "kegagalan" dengan "pembelajaran".
-
Mengutamakan proses daripada hasil.
-
Menanamkan kerendahan hati dan keberanian mengambil risiko.
Dr. Gemma Leigh Roberts menyebut PPB sebagai kunci resiliensi psikologis untuk menghadapi tantangan dan stres.
E. PPB untuk Pengetahuan Nilai dan Karakter
PPB mendukung Pendidikan Karakter dengan membentuk karakter non-kognitif seperti kesabaran, ketangguhan, dan kegigihan. Menurut Prof. Thomas Lickona, karakter terdiri dari Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Action. PPB memperkuat:
-
Karakter Performa: Rajin, kerja keras, kreatif, pantang menyerah.
-
Karakter Moral: Jujur, bertanggung jawab, adil, integritas.
Integrasi akademik dan karakter dilakukan dengan menggali nilai-nilai dalam pelajaran melalui pertanyaan seperti:
-
Bagaimana kaitan materi dengan kehidupan sehari-hari?
-
Apa manfaat penerapan materi secara benar?
-
Apa dampak negatif jika materi disalahgunakan?
PPB memastikan prestasi diraih melalui cara yang baik dan benar, menjaga keseimbangan antara karakter performa dan moral.
Mater Lengkap Baca disini Yaa
Baca Juga:
KUMPULAN MODUL PEMBELAJARAN MENDALAM
Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)
Pengertian Kurikulum Deep Learning beserta Contohnya
Naskah Akademik Pembelajaran Koding Dan Kecerdasan Artifisial Pada Pendidikan Dasar Dan Menengah
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
BUKU TEKS PENDAMPING PEMBELAJARAN KODING DAN KECERDASAN ARTIFIAL (KA)
Keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 005/H/P/2025 tentang Buku Teks Pendamping Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pada Satuan Pendidikan diterbitk
KUMPULAN MODUL PEMBELAJARAN MENDALAM
Pembelajaran Mendalam Definisi Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakandengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermak
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PERMENDIKDASMEN NOMOR 10 TAHUN 2025
I. Latar Belakang dan Tujuan Peraturan ini diterbitkan untuk menggantikan Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022 karena dianggap tidak lagi sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan
KUMPULAN MATERI PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING)
Sebelum mengimplementasikan Deep Learning sebaiknya kita mengenal lebih dekat apa itu Deep Learning. Mari kita mulai ganti istilah Deep Learning dengan padananan dalam Bahasa Indonesia
MODUL KODING DAN KA DARI FASE D UNTUK FASE F (SMA/SMK)
Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KA) bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan dalam dunia pendidikan modern. Integrasi Koding dan KA dalam pendidikan tidak hanya untuk meni
MODUL KODING DAN KA DARI FASE D UNTUK FASE E (SMA/SMK)
Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KA) bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan dalam dunia pendidikan modern. Integrasi Koding dan KA dalam pendidikan tidak hanya untuk meni
MODUL KODING DAN KA DARI FASE C UNTUK SEKOLAH DASAR
Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KA) bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan dalam dunia pendidikan modern. Integrasi Koding dan KA dalam pendidikan tidak hanya untuk meni
TEMPLET RPP PEMBELAJARAN MENDALAM
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) adalah sebuah pendekatan dalam merancang pengalaman belajar yang bertujuan untuk mencapai pemahaman konsep dan penguasaan kompe
CONTOH RPP PEMBELAJARAN MENDALAM
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelaj
Kumpulan Modul Koding dan KA dari Fase C - F.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah merilis Naskah Akademik Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial yang menjadi landasan filosofi. Naskah akademik ini menggarisbawahi
NASKAH AKADEMIK PEMBELAJARAN KODING DAN KECERDASAN ARTIFISIAL PADA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
Ringkasan Eksekutif Pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan artifisial (AI), mahadata (big data), dan Internet of Things (IoT) makin mendominasi berbagai sektor. Digitalisasi telah me
NASKAH AKADEMIK PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING)
Pembelajaran Mendalam Definisi: Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, be
Pengertian Kurikulum Deep Learning beserta Contohnya
Kurikulum Merdeka akan diganti menjadi Kurikulum Deep Learning seiring usulan Menteri Pendidikan yang baru. Kurikulum Deep Learning adalah sistem pembelajaran yang d